Apakah OPT Paling Merusak Saat Ini?

Posted on
  • Sabtu, 22 Januari 2011
  • by
  • IHPT masih hidup
  • in
  • Label: ,
  • Apakah OPT paling merusak saat ini? Wereng cokelat? Belalang kembara? Penggerek buah kakao? Salah semua!!! OPT paling merusak adalah mereka yang membuat kebijakan untuk membubarkan jurusan/program studi IHPT di berbagai universitas di Indonesia. Juga yang merupakan OPT paling merusak adalah mereka yang menyetujui kebijakan itu, apapun jabatannya.

    Membubarkan PS IHPT dengan alasan kesulitan memperoleh mahasiswa adalah alasan yang sangat tidak masuk akal, alasan yang terlalu dicari-cari. PS IHPT Faperta Undana misalnya, belum pernah kekurangan peminat. Lulusannya juga tidak kalah dalam hal memperoleh pekerjaan dibandingkan dengan lulusan PS lainnya. Ini dimungkinkan karena adanya lowongan pekerjaan yang hanya menerima lulusan PS IHPT, misalnya petugas pengamat hama dan petugas karantina.

    Membubarkan PS IHPT memungkinkan pasar kerja di bidang perlindungan tanaman hanya dapat diisi oleh universitas besar di Pulau Jawa. Semua tahu, universitas apa itu. Mereka ingin memonopoli pasar kerja di bidang perlindungan tanaman di seluruh Indonesia. Mereka akan mengisi lowongan petugas pengamat hama dan petugas karantina di seluruh Indonesia. Mereka itu universitas besar, tetapi tidak berani lulusan mereka tersaingi oleh lulusan universitas lebih kecil di daerah.

    Membubarkan jurusan/PS IHPT juga menutup kesempatan bagi banyak dosen untuk mengembangkan karir. Matakuliah IHPT dengan sendirinya menjadi berkurang karena yang dapat diakomodasi dalam kurikulum Agroteknologi hanya beberapa matakuliah saja. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi lain, kompetensi lulusan dalam bidang perlindungan tanaman dengan sendirinya juga akan berkurang. Bila terjadi permasalahan perlindungan tanaman maka harus menunggu lulusan universitas besar untuk menangani. Ketahanan pangan menjadi terancam dan Indonesia harus mengimpor pangan.

    Maka, bukan tidak mungkin penghapusan jurusan/PS IHPT adalah bagian dari strategi global untuk secara tersembunyi ingin merongrong ketahanan pangan nasional Indonesia. Ironisnya, hal ini dimanfaatkan oleh universitas besar untuk memonopoli bidang ilmu. Dan lebih ironis lagi, universitas lainnya menerima kebijakan ini seakan-akan sebagai sebuah jalan keluar dalam mengatasi kekurangan calon mahasiswa.

    0 komentar:

    Posting Komentar